MADIUN – Sejumlah tokoh nasional, pakar, akademisi, aktivis, jurnalis dan elemen rakyat lainnya langsung menanggapi, beberapa saat setelah Sidang Paripurna MPR melantik Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sebagai presiden dan wakil presiden, Ahad (20/10/2014), menggantikan Jokowi dan Makruf Amin.
Berbagai pandangan dan pikiran disampaikan para tokoh dalam acara yang digelar dengan format ‘Syukuran Indonesia Tanpa Jokowi’ itu. Gelaran itu sekaligus sebagai _kick off_ tuntutan rakyat terhadap berbagai kebusukan Mulyono, nama kecil Jokowi sebelum dirubah bapaknya karena sakit-sakitan.
Barangkali Mulyono berpikiran, selepas menjabat presiden dirinya akan terbebas dari berbagai permasalahan terkait jabatannya. Rupanya hal itu menjadi antitesis semangat para tokoh dan oposan, yang justru akan memperkarakan kecarut-marutan bangsa dan negara sepanjang dipimpin Mulyono.
Prof. Amien Rais dalam kesempatan itu menyampaikan pikirannya, sepanjang bocah cilik identik Fufu Fafa masih nongkrong sebagai Wapres, maka pemerintahan tidak akan mendapat berkah dari Allah Swt.
Menurut pandangan logis Amien Rais, anaknya Mulyono sama sekali tidak memiliki kapasitas pada posisi yang tengah dibebankan kepadanya. Amien Rais menilai, Fufu Fafa tidak pernah mengisi otaknya dengan ilmu pengetahuan, melainkan sekedar menikmati kemewahan, seks dan seks yang akan menimbulkan kemurkaan Allah Swt.
Untuk itu, pandangan Amien Rais, Prabowo Subianto hendaknya segera mengganti Wapres dalam kurun 3 bulan setelah pelantikan. Prabowo, saran Amien Rais, juga harus tegas menekan Mulyono agar tidak ikut cawe-cawe dalam pemerintahannya.
“_Prabowo are you going to keep up to keep your stupid and crazy and insane vice president?_ (Prabowo, apakah Anda akan terus mempertahankan Wapres Anda yang bodoh dan gila itu?),” tanya Amien Rais.
Sementara Edy Mulyadi, jurnalis senior, berbicara dalam kesempatan itu, saat ini (20/10/2024), setelah Mulyono dalam sidang Paripurna MPR dinyatakan bukan lagi sebagai presiden, menjadi tempo yang tepat untuk memperkarakan bapaknya ‘fufu fafa’ itu.
Bukannya dulu-dulunya rakyat tidak pernah memperkarakan Mulyono, menurut Edy Mulyadi, melainkan sangat kerap mengadukan berbagai kasus menyangkut kebohongan, kebijakan, pelanggaran yang dilakukan Mulyono, namun selalu ‘mogok’ alias macet.
Mogoknya proses hukum, terang Edy Mulyadi dalam video dengan _watermark_ ‘Refly Harun’ yang diterima jurnalis, lantaran semua instrumen hukum negara dalam kondisi ketakutan oleh ancaman Mulyono.
“Contohnya, ya. Pak Agus Rahardjo yang mantan Ketua KPK itu, dulu kan pernah dipanggil Mulyono dalam kasus E-KTP dan Papa Minta Saham. Pak Agus langsung dibentak Mulyono dengan teriakan: “Hentikan!”. Ternyata yang diminta Mulyono adalah menghentikan kasus tersebut,” jelas Edy Mulyadi yang mengenakan tshirt ‘People Power’.
Menirukan ungkapan Ahmad Khozinudin, Edy Mulyadi mengatakan, setelah bukan presiden Mulyono beserta sanak keluarga dan kroni-kroninya dipastikan tidak akan tidur pulas dan nyenyak. Hal itu lantaran, lanjut Edy Mulyadi, saat ini dan ke depan dipastikan akan banyak tuntutan hukum terkait kejahatan terhadap bangsa dan negara yang ditujukan kepada Mulyono dan keluarganya.
Meski begitu, selidik Edy Mulyadi, segala sesuatu yang hendak dilakukan para oposan, sangat tergantung bagaimana sikap Prabowo sebagai presiden baru. Jika tuntutan hukum oleh rakyat terhadap Mulyono ternyata masih ogah-ogahan, terang Edy Mulyadi, besar kemungkinan Prabowo tengah melindungi karena takut ancaman Mulyono.
Jika demikian, sambung Edy Mulyadi, para oposan berpesan kepada Presiden Prabowo agar tidak perlu cemas dan bingung. “Pak Prabowo, sampean duduk manis saja bersama para menteri. Urusan Mulyono biar kami yang mengurusi,” pinta Edy Mulyadi.
Acara ‘Syukuran Indonesia Tanpa Jokowi’ digelar di rumah salah seorang di Jakarta, beberapa waktu setelah usainya sidang Paripurna MPR dengan agenda melantik Presiden dan Wapres 2024-2029.
“Acaranya digelar di rumah orang,” singkat balas Prof. Refly Harun, menjawab whatsapp jurnalis, Ahad tengah malam (20/10/2024).
Dalam gelaran itu sejumkah tokoh yang hadir diantaranya Prof. Amien Rais, Prof. Refly Harun, Prof. Taufiq Bahaudin, Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes., Faizal Assegaf, Ahmad Khozinudin, Edy Mulyadi, Mayjen TNI (Purn) Sunarko serta para akademisi dan tokoh lainnya.
Acara ditutup dengan satu mufakat, segera membuat tuntutan hukum, melayangkan kepada pihak berwenang, dengan tujuan pokok memperkarakan Mulyono. (fin)