Eman Suherman Berhasil Cetak Sejarah di Majalengka. Pengamat Politik dan Pendidikan Momon Lentuk Jelaskan Alasannya

POSKOTA.TV – Pemenang Pilkada Majalengka 2024 sudah bisa dipastikan. Mantan Sekda Majalengka, Eman Suherman berhasil ‘merebut’ singgasana dari petahana, Karna Sobahi. Kemenangan Eman di Pilkada Majalengka 2024 sekaligus mencetak sejarah. Pasalnya, Majalengka baru pertama kali dipimpin oleh mantan Sekda sedari Indonesia kemerdeka. Menyikapi hal tersebut, Dr. H. Momon, S.Pd., M.Pd., atau yang akrab disapa Momon Lentuk, selaku pengamat Politik dan Pendidikan, memberikan tanggapan dan pandangannya terkait Pilkada 2024 yang sudah selesai digelar.

Momon Lentuk memaparkan, “Seorang sekda menjadi Bupati, ya tentu itu kan merupakan hal yang sangat luar biasa. Itu berarti telah terjadi ada proses jenjang karier yang bisa dikatakan sangat berhasil. Karena, kalau seorang sekda (pembina pegawai) lalu memegang jabatan politik selaku bupati, tentunya insaallah ketika melaksanakan tugas kebupatiannya, beliau sudah jauh lebih paham tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, birokrasi dan eksistensi pembangunan. Sekda itu kan seorang pembina pegawai daerah. Nah, ketika seorang pembina pegawai lalu menjadi bupati, berarti luar biasa, itu akan menambah kemudahan dalam mengatur dan melenturkan nilai-nilai sosial kepegawaian,” tuturnya.

Keberhasilan Eman Suherman merebut suara masyarakat di Pilkada Majalengka 2024 bukan tanpa sebab. Momon Lentuk menilai, masyarakat saat ini sudah paham betul tentang bagaimana menuju kebangkitan daerah yang lebih maju. Hal ini ia paparkan kepada awak media POSKOTA.TV di kantornya, Rabu (18/11/2024). Momon Lentuk juga menjelaskan, “Ketika mmasyarakat sudah paham bahwa bila seorang bupati berasal dari seorang sekda dianggap akan lebih mampu membangun sebuah kabupaten, maka akan secepat kilat masyarakat menentukan pilihan dan menjatuhkan pilihannya.”.
“Nah, kan terbukti dengan terpilihnya Drs. H. Eman Suherman, M.M. sebagai mantan Sekda menjadi Bupati, itu karena masyarakat sudah paham tentang konsep kemampuan membangun.” tuturnya

Lebih lanjut, pengamat politik dan pendidikan, Momon Lentuk menilai, penggunaan jargon dan visi misi H. Eman Suherman dan Dena dalam perhelatan PILKADA telah mampu memberi harapan dan keyakinan kepada masyarakat sehingga masyarakat memilihnya dengan penuh suka cita. “Penggunaan jargon ‘Majalengka Langkung SAE’ adalah bentuk kalimat pameo (kalimat populer) yang menggambarkan cita-cita besar untuk diraih. Dan dengan diusungnya visi ‘Majalengka Maju’, hal ini menguatkan masyarakat untuk memilih Eman Suherman untuk memimpin Majalengka di lima tahun ke depan”.

“Lebih penting lagi, dalam pengamatan saya, Drs. Eman Suherman, M.M. telah berhasil merangkul berbagai elemen masyarakat, memanfaatkan media sosial, dan menghadirkan dialog publik yang inklusif sebagai bagian dari kampanyenya. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi pemilih milenial yang selama ini banyak absen dalam pemilihan daerah. Dengan pendekatan tersebut, Eman mampu membangun konektivitas dan saling percaya dengan masyarakat, yang pada gilirannya memperkuat dukungan terhadap dirinya”. Ucap Momon

Selain itu, Momon Lentuk juga menyoroti isu-isu penting yang dihadapi masyarakat Majalengka, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Dia menjelaskan agar isu-isu tersebut tidak hanya sekedar dijadikan bahan jargon, melainkan penting untuk diwujudkan komitmen nyata dalam membuat perubahan.

Momon Lentuk menambahkan, “Ini menjadi gambaran bahwa masyarakat Majalengka semakin kritis dan tajam dalam memilih pemimpin. Mereka tidak hanya berpatok pada latar belakang seorang calon, tetapi juga pada visi, misi, serta capaian yang bisa dihasilkan. Kemenangan Eman adalah sinyal positif bahwa perubahan menuju kepemimpinan yang lebih baik adalah mungkin dan dapat diwujudkan,” pungkasnya.

Di sisi lain, Momon Lentuk menjelaskan bahwa konsep pembangunan yg akan dilaksanakan oleh Drs. H. Eman Suherman, M.M. dan Dena, Insyaallah akan jauh lebih baik jika tidak sekali-kali memberi nama hasil dari apa yg dibangun dgn nama visi atau jargon yang digunakan dalam perhelatan PILKADA. Lebih dari itu, proses membangun harus lebih tertuju pada membuat jadi yang belum ada menjadi ada. Jadi, bukan pada konsep proses bongkar pasang bangunan yg sudah ada. Jika konsep bongkar pasang ini tetap dilakukan, ini merupakan hal pemubajiran anggaran.

“Menarik investor untuk membangun Mal, Plaza, Pasar Moderen, Wisata perkotaan, Hotel Bintang 5, Motel, Homestay, Perumaham mewah, Pusat Pertunjukan seni dan budaya, Sport Centre yang elegan, dan lain-lain pembangunan yg bisa membuat Majalengka sejajar dgn kabupaten/kota tetangga atau yang lainnya, ini kira2 PR bupati dan wakil bupati terpilih yang pada prinsipnya harus segera dilakukan. Jika berhasil dilakukan, tentu visi ‘Menuju Majalengka Maju’’, itu tidak hanya isapan jempol belaka.” demikian pungkasnya. (EK)

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img