POSKOTA.TV – Sampah di Kota Bandung terus menjadi masalah yang tak kunjung terpecahkan. Salah satu penyebab utama krisis sampah di Bandung adalah pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan pariwisata, Bandung mengalami urbanisasi yang signifikan, sehingga volume sampah harian terus meningkat.
Keterbatasan lahan menjadi salah satu hambatan utama dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Dengan timbunan harian mencapai 1.800 ton, pemerintah kota (Pemkot) harus mencari cara inovatif untuk mengolah sampah tanpa menambah beban TPA. Situasi ini mendorong Pemkot Bandung menjajaki kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Tiongkok. Perusahaan tersebut menawarkan teknologi “mini sorting plant” yang diklaim hanya memerlukan lahan seluas 1.600 meter persegi untuk memproses 100 ton sampah per hari.
Belum lama ini, tim pengolah sampah yang akan menangani sampah, termasuk pengurangan sampah melalui pembatasan, penggunaan kembali, dan daur ulang, serta penanganan sampah melalui pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Kota Bandung juga memiliki berbagai inisiatif seperti pembentukan Satgas Percepatan Pengelolaan Sampah, penguatan program Kawasan Bebas Sampah (KBS), dan optimalisasi Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Menurut Junifer Panjaitan, Walikota Bandung Farhan, memiliki visi kebersihan kota Kembang adalah prioritas kerjanya, maka tak ada salahnya pihak swasta ikut andil mendukung walikta Bandung. “Banyak kebijakan pemda yang njlimet, sehingga investor ogah kerjasama, namun beda dengan kebijakan walikota semua dipermudah untuk keselarasan wilayahnya.
Kota Bandung menghadapi persoalan serius dalam pengelolaan sampah. Setiap harinya, sekitar 230 ton sampah tidak terangkut dari tempat pembuangan sementara (TPS) karena keterbatasan kuota ritase pengiriman ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.
Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, sampah yang dihasilkan masyarakat saat perayaan Tahun Baru 2025 sebanyak 57 ton sampah atau setara 163 meter kubik. Meski jumlah tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun 2023 sebelumnya, sebanyak 64 ton.
Pertumbuhan penduduk mendorong konsumsi barang dan jasa yang pada akhirnya menghasilkan limbah dalam berbagai bentuk, mulai dari sampah rumah tangga hingga limbah industri. Konsumerisme yang tak terkendali menjadi salah satu penyebab utama lonjakan sampah.
Observasi ini bertujuan menyesuaikan teknologi dengan kondisi lokal sebelum kerja sama dilanjutkan ke tahap berikutnya. Jika teknologi tersebut terbukti sesuai, Pemkot Bandung berharap pengelolaan sampah di kota ini dapat menjadi lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan. “Kita sedang membangun ekosistem baru. Kalau kerja sama ini bisa menjaga masa depan anak-anak kita, saya yakin itu layak kita perjuangkan,” ucap Farhan