POSKOTA.TV- Aksikamisan pekan ini menjadi pekan terakhir di era presiden Joko Widodo, sebelum diganti oleh presiden terpilih yaitu Prabowo Subianto, pada tanggal 20 Oktober 2024 nanti. Aksi dilakukan di depan gedung istana negara, Jl. Veteran, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Ibukota Jakarta.
Maria Catarina Sumarsih, Ibunda dari Bernadinus Realino Norma Irawan, atau yang disapa wawan. Merupakan salah satu aktivis yang tewas dalam Tragedi Semanggi pada 13 November 1998.
Sumarsih, salah satu penggerak aksi kamisan yang dimulai pada 18 Januari tahun 2007 hingga sekarang. Pada sore tadi, Kamis(17/10/24), Surmasih menyampaikan kepada massa jika aksi kali ini merupakan aksikamisan mingguan terakhir di era Jokowi, dan surat terakhir untuk presiden Republik Indonesia.
“Aksi kali ini adalah aksi pekan terakhir, dan surat terakhir untuk diberikan Jokowi”, ucap surmasih, ditengah massa yang dihadiri sekitar puluhan orang.
Dalam wawancara dengan wartawan sumarsih mengatakan, Kekecewaanya terhadap Jokowi yang pada visi dan misi saat kampanye 2014 pilpres, Jokowi berjanji akan menyelesaikan masalah Kasus HAM, namun hingga saat ini belum juga terealisasikan. Malah pada saat itu justru jokowi mengangkat Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, yang menurut sumarsih Wiranto diduga sebagai pelaku pelanggaran HAM berat.
“Dulu saat visi dan misi Jokowi berkomitmen akan menghapuskan pemusnahan. Tapi kenyataannya, Jokowi justru malah mengangkat Wiranto, yang dalam penyelidikan KOMNAS HAM sebagai orang yang melanggar HAM berat pada tanun 1998 hingga 1999, kasus Semanggi 1, seminggi 2, dan Trisakti”, ucap sumarsih.
“Tujuan kami melakukan aksikamisan seperti ini, bukan untuk bertemu, presiden siapapun, ini bentuk kami cara kami bertahan, mencari keadilan”, tambahnya. Kamis(17/10)
Sumarsih tidak memiliki rasa khawatiran terhadap pemimpin Indonesia berikutnya. Yang akan ditakutkan akan melarang aksikamisan untuk selanjutnya.
“Saya tidak merasa khawatir, karena sudah hampir 18 tahun, aksi ini berdiri, Kami bisa menjelaskan kepada aparat. Walaupun terkadang setiap minggu sekali saya ditelpon oleh Polda, untuk memberhentikan aksikamisan ini”, kata sumarsih.
Harapan Sumarsih, perjuangan hukum dan HAM, merujuk pada perundangan undangan yang sudah ditetapkan. Ia menambahkan Presiden terpilih harus menyelesaikan penggaram HAM berat yang terjadi di Indonesia.
“Saya masih memelihara harapan itu, walaupun penegakan hukum dan HAM, masih ‘dipermainkan’, jadi kedepankannya harapan saya harus merujuk pada perundangan undangan, dan untuk presiden terpilih harus menyelesaikan pelanggaran kasus HAM berat yang belum terselesaikan”, ujar Sumarsih. (EF).