POSKOTA.TV | Jakarta – Perkembangan signifikan pada indikator moneter menjadi bukti nyata keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mendorong likuiditas. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, mengungkapkan bahwa peredaran uang primer (M0) di perekonomian telah mengalami lonjakan sangat cepat, mencapai 13% dari sebelumnya yang sempat stagnan di level 0%. Menurut Purbaya, peningkatan drastis ini adalah efek langsung dari keputusan pemerintah menempatkan dana menganggur dari Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 200 triliun ke lima bank milik negara (BUMN) sejak 12 September 2025.
Uang primer (base money atau uang dasar), yang merupakan fondasi penciptaan uang dan kredit di sistem keuangan, kini menunjukkan vitalitas yang tinggi. “Efek kedua [dari kebijakan] yang telah dirasakan perekonomian Indonesia terlihat dari peningkatan sangat cepat peredaran uang primer atau M0,” kata Purbaya di kantornya di Jakarta, Minggu (12/10/2025). Ia optimistis bahwa akselerasi ini akan segera mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. “Tinggal tunggu waktu saja ekonomi secara keseluruhan akan semakin cepat,” tegasnya.
Dana Rp 200 Triliun dan Dampak di Perbankan
Kebijakan penempatan dana yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan ini menyalurkan Rp 200 triliun kepada lima bank besar: Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing menerima Rp 55 triliun; BTN mendapat Rp 25 triliun; dan Bank Syariah Indonesia (BSI) menerima Rp 10 triliun.
Dampak awal dari suntikan likuiditas ini, selain lonjakan uang primer, juga terlihat pada pertumbuhan kredit perbankan. Purbaya mencontohkan Bank Mandiri yang berhasil meningkatkan pertumbuhan kreditnya menjadi 11%, melonjak dari kisaran sebelumnya di angka 8%. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa bank-bank BUMN mulai aktif menyalurkan pembiayaan kembali ke masyarakat, yang merupakan motor penggerak aktivitas ekonomi riil. “Jadi ada pick up kan ke atas, sudah naik. Itu bagus,” ujarnya.
Data Bank Indonesia Konfirmasi Kenaikan Masif
Data dari Bank Indonesia (BI) menguatkan klaim Menteri Keuangan mengenai lonjakan uang primer. BI mencatat uang primer atau M0 adjusted per September 2025 mencapai Rp 2.152,4 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, memaparkan bahwa uang primer tumbuh luar biasa sebesar 18,6% secara tahunan (yoy) pada September. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 7,3% (yoy). Denny menjelaskan, perkembangan signifikan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama: pertumbuhan giro bank umum di Bank Indonesia (adjusted) sebesar 37,0% (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,5% (yoy).
Lonjakan tajam pada giro bank umum di BI, yang merupakan bagian dari uang primer, secara spesifik mencerminkan dampak penempatan dana pemerintah ke bank BUMN, meningkatkan cadangan mereka dan kesiapan untuk ekspansi kredit. Kondisi ini memberikan sinyal kuat bahwa fondasi moneter dan likuiditas sistem perbankan Indonesia berada dalam jalur percepatan yang akan menopang pertumbuhan ekonomi di kuartal berikutnya.
(Ig)