POSKOTA.TV | Jakarta – Pertemuan bilateral antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Busan, Korea Selatan, pada 30 Oktober 2025, berhasil mencairkan ketegangan dagang yang telah memanas selama bertahun-tahun. Meskipun Trump memuji hasil pertemuan tersebut sebagai “luar biasa” dan menghasilkan “banyak kesimpulan penting” terkait tarif dan komoditas, isu-isu geopolitik yang lebih sensitif, terutama Taiwan dan industri semikonduktor, memiliki dinamika tersendiri.
I. Konsesi Dagang: Titik Balik Ekonomi
Fokus utama perundingan yang berlangsung selama 1 jam 40 menit ini adalah menstabilkan hubungan ekonomi dua raksasa dunia:
- Penyelesaian Rare Earth: Tiongkok setuju untuk membatalkan rencana pembatasan ekspor Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements/REE) dan mineral strategis lainnya. Trump mengklaim isu ini “telah diselesaikan,” menghilangkan salah satu ancaman rantai pasokan paling serius bagi industri teknologi dan pertahanan global.
- Penurunan Tarif AS: Sebagai konsesi timbal balik, AS mengumumkan penurunan tarif impor untuk sejumlah produk Tiongkok, termasuk pengurangan tarif terkait fentanil dari 20% menjadi 10%.
- Pembelian Pertanian: Tiongkok berjanji untuk melanjutkan dan meningkatkan pembelian produk pertanian AS, terutama kedelai, dalam jumlah besar.
II. Isu Sensitif: Taiwan dan Dominasi Semikonduktor
Meskipun kesepakatan dagang dicapai, isu-isu geopolitik yang paling krusial, Taiwan dan teknologi cip (semikonduktor), dibahas dengan kehati-hatian:
- Kebisuan Soal Taiwan: Presiden Trump secara eksplisit menyatakan bahwa isu Taiwan “tidak disebut” dalam pertemuannya dengan Xi Jinping. Sikap ini menjadi sorotan karena Taiwan merupakan titik didih utama dalam hubungan AS-Tiongkok. Tiongkok sendiri dilaporkan berupaya membujuk Trump untuk melunakkan dukungan Washington terhadap Taipei. Keputusan Trump untuk tidak mengangkat isu tersebut di pertemuan puncak ini menimbulkan spekulasi mengenai prioritas diplomasi AS.
- Diskusi Chip Nvidia: Pertemuan ini menyentuh masalah perdagangan semikonduktor, terutama pembatasan AS terhadap ekspor teknologi cip canggih ke Tiongkok. Trump mengklarifikasi bahwa diskusi tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa Tiongkok akan melanjutkan dialog dengan perusahaan AS, seperti Nvidia, mengenai potensi pembelian cip. Namun, Trump menegaskan bahwa pembicaraan ini tidak melibatkan penjualan cip seri “Blackwell” yang merupakan teknologi AI paling canggih.
III. Pesan Diplomatik dan Rencana Lanjutan
Pertemuan Busan ini, yang merupakan tatap muka pertama antara kedua pemimpin sejak 2019, dianggap sukses oleh kedua belah pihak dalam hal membangun suasana yang lebih bersahabat dan mengurangi clash ekonomi langsung.
- Xi Jinping: Menyatakan senang bertemu Trump dan menyerukan kedua negara untuk membangun “fondasi yang kokoh” bagi hubungan bilateral serta berinteraksi positif di panggung internasional.
- Trump: Mengumumkan rencana untuk mengunjungi Tiongkok pada April 2026, yang akan disusul oleh kunjungan balasan Presiden Xi ke AS, menandai dimulainya kembali interaksi diplomatik tingkat tinggi secara reguler.
(dikutip dari berbagai sumber)